•Studi Pemprov Sumsel
•LRT Solusi dan Pencegahan
PALEMBANG, SRIPO - Hasil studi yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel menyebutkan, sepuluh jalan protokol di Kota Palembang tidak akan bisa lagi menampung volume kendaraan pada 2019 mendatang.
Sepuluh jalan protokol di Kota Palembang memiliki luas 161.000 dengan daya tampung hingga 17.679 unit kendaraan per jam. Namun volume kendaraan yang saat ini sudah 54.806 unit per jam, akan meningkat menjadi 83.027 unit per jam pada 2019.
"Kapasitas jalan untuk menampung rata-rata lalu lintas sudah tidak sanggup lagi. Akan meningkat 6 kali lipat. Artinya, ada terjadi Grand Lock (Macet total) pada 2019 nanti," kata Gubernur Sumsel, Alex Noerdin saat menjadi pembicara 'Bangga Jadi Wong Sumsel: Kupas Tuntas LRT' di Hotel Arista Palembang, Sabtu (4/6).
Misalnya Jalan Kapten A Rivai seluas 22.000, bisa menampung 2.416 kendaraan per jam. Namun kini sudah mencapai 7.675 unit kendaraan per jam. Lalu Jalan Demang Lebar Daun luas 22.000 hanya busa menampung 2.416 unit, namun volume kendaraan kini sudah mencapai 5.209 unit per jam.
Jalan Basuki Rahmad seluas 14.000 dengan daya tampung 1.537 unit, kini harus disesaki 6.825 unit per jamnya. Begitu juga Jalan R Soekamto 18.000 menampung 1.977 unit kini sudah 6.848 unit per jam.
Belum lagi Jalan Jenderal Sudirman seluas 300.000 yang hanya mampu menampung 3.294 unit, pada tahun ini sudah dipenuhi 8.730 unit per jam.
Menurt Alex, kondisi itu menjawab pertanyaan sejumlah pihak terutama masyarakat di Kota Palembang tentang kebutuhan Light Rail Transit (LRT) yang baru dibangun.
"LRT tidak hanya untuk Asian Games 2018, tapi masyarakat Palembang setelahnya. Kita mengajukan proyek ini sebelum semakin mendesak, dan disetujui. Jakarta sudah 30 tahun bangun Monorel tapi belum jadi sampai sekarang," ujarnya.
Proyek senilai Rp 11,2 triliuan untuk pembangunan infrastruktur, ditambah Rp 1,2 triliun lagi untuk pengadaan gerbong kereta dan lokomotif serta Depo, ditegaskan Alex takkan mengganggu rencana pembangunan Sumsel yang lain. Sebab dana sebanyak itu dikucurkan Pemerintah Pusat melalui Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Memang menghabiskan duit. Beli Bipang untuk masyarakat se-Sumsel pun tak bakal habis duit itu. Tapi duit itu tidak menggangu pembangunan kita, karena dari pusat. Pembangunan yang lain tidak diterlantarkan. Bangun RS, jalan tol, pelayanan umum seperti air bersih, dana anggaran sekolah atau berobat gratis, semuanya tetap jalan terus," ujarnya.
Ia mengisahkan proses pengajukan pembangunan LRT ke Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menurutnya, tak mudah meyakinkan pemerintah pusat jika Palembang membutuhkan LRT.
"LRT kesempatan kita satu-satunya. Kalau mau usul tahun depan atau setelahnya tidak mgkn lagi, karena APBN tidak akan sekuat tahun lalu. Kalau tidak sekarang kapan lagi, jangan menunggu butuh baru mengusulkan," tegasnya.
Belum lagi berbagai kendala yang dihadapi pemerintah memulai pembangunan LRT. Ia menyebut, perencanaan LRT tidak menemui jalan mulus. Berbeda dengan anggapan banyak pihak sejak awal.
"Barangkali Anda tidak tahu. Terlihat mulus saja. Tapi sebenarnya ada ribut dan ribet," sebutnya. Alex mengatakan, risiko pengerjaan LRT di Kota Palembang sangat besar. Pihak perencana dan kontraktor menyebut projek senilai Rp 12,4 triliun itu memiliki tingkat kesulitan tinggi.
"Kalau dalam satu proyek ada namanya Kurva S. LRT kita ini, meleset sedikit pengaruh ke semua," katanya.
Gubernur dua periode ini mengatakan, PT Waskitha sebagai kontraktor LRT sempat berselisih dengan Dinas Bina Marga yang berencana membangun Flyover di Simpang Bandara Jalan Soekarno-Hatta.
Lantas, Alex pun memimpin rapat untuk menengahi keduanya agar semua proyek pembangunan bisa berjalan.
"Pertemuan LRT-Flyover harus sinkron. Nah ini tidak ada yang mengalah. Dampaknya trace LRT arus diubah. Semua bangunan di sekitar harus dibabat, jadi harus ganti rugi. Maka saya pimpin langsung rapat, dan disepakati LRT ditinggikan," jelasnya.
Kendala lain yang harus dihadapi belum sampai di situ. Proyek LRT sepanjang 23 kilometer dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang menuju Jakabaring Sport City (JSC) itu harus menemui beberapa obsctacle.
"Ribet dengan pipa Pertamina, pipa gas milik PGN, saluran air PDAM, kabel Telkom dan PLN. Semua jadi ribet dan ruwet, dan hampir tiap minggu berantem," imbuhnya
Alex berharap masyarakat di Sumsel khususnya Kota Palembang, mendukung pembangunan jelang Asian Games. "Tujuan utama bukan acara Asian Games-nya. Tapi pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat nanti," ujarnya.
DR Yayat Supriyatna, pengamat transportasi dari menambahkan, pembangunan LRT sebagai moda angkut massal semacam LRT bisa membangun citra positif Palembang ke dunia sebagai kota yang ramah terhadap pejalan kaki, dan meningkatkan layanan yang lebih manusiawi.
"Transportasi massal yang ramah, nyaman dan aman seperti LRT nanti bisa memunculkan kultur baru bagi masyarakat Kota Palembang. Menjadi lebih tertib dan sebagainya yang ke arah positif," paparnya.
Ia juga menyebut manfaat yang baik bagi ekonomi daerah. Dengan LRT, investasi dan wisatawan akan masuk setelah kota menjadi aman, nyaman, lancar dan menyenangkan. Belum lagi sisi politik yang memudahkan diplomasi publik atau promosi produk perkotaan.
"LRT akan membawa citra positif dan jaminan bagi investasi serta wisatawan untuk masuk. Kalau sudah begitu lapangan kerja pasti meningkat," ujarnya. (mg5)
*Foto Grafis 'Lantas' di Email
*Foto acara di Igun
Tiga Koridor Lagi
LIGHT Rail Transit atau LRT sepanjang 23 meter, dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II menuju Jakabaring Sport City (JSC), ternyata bukan satu-satunya rencana pemerintah.
Jalur kereta dengan 23 stasiun ini dianggap sebagai feeder (pengumpan) jalur lain yang dalam tahap perencanaan. Alex menyebut masih ada tiga koridor lain kereta dalam kota yang harus dibuat di Palembang.
"LRT yang dikerjakan sekarang baru pertama. Meski dananya fantastis tapi manfaatnya maksimal, bayangkan kalau ada tiga koridor tambahan yang sedang kita siapkan," ungkap Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sumsel, Nasrum Umar.
LRT jadi pengumpang terjadinya integrasi berbagai moda transportasi. Nasrun menyebut koridor itu akan menghubungkan Simpang Charitas ke Pusri melewati Jalan Veteran dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Lalu penghubung Kertapati dan Plaju.
"Ada juga penghubung antara Simpang Bandara ke terminal Alang-Alang Lebar (AAL). Atau Simpang Polda menuju kampus Universitas Sriwijaya (Unsri), sebutnya.
Nasrun menyebut, blueprint pembangunan tiga koridor kereta dalam kota sudah disiapkan. Hanya saja, itu akan terealisasi setelah berganti kepemimpinan Gubernur Sumsel nanti.
"Apakah itu terlaksana, kita belum tahu. Tergantung siapa kepala daerahnya. Apakah ia bisa melobi pemerintah pusat seperti pak Alex Noerdin. Sebab harus menggunakan dana APBN, karena kebutuhannya sangat besar," terangnya. (mg5)
Deryardli | Sriwijaya Post
08117117780
0 Response to "0406MG5A"
Post a Comment