* Kinerja Keuangan Per 31 Desember 2017
SRIPOKU.COM, MUARAENIM---PT Bukit Asam Tbk mengumumkan Kinerja Keuangan per 31 Desember 2017, mencatatkan laba usaha sebesar Rp 5,89 Triliun atau naik 233 persen bila dibandingkan periode sebelumnya yang hanya Rp 2,53 Triliun. Sedangkan untuk laba bersih berhasil menembus angka Rp 4,47 Triliun atau naik 223 persen bilda dibandingkan dari periode sebelumnya yang hanya Rp 2,00 Triliun.
"Pencapaian kinerja ini didukung oleh kemampuan manajemen Perusahaan dalam merumuskan strategi yang efektif, diantaranya dengan peningkatan produksi, optimasi harga jual, serta efisiensi biaya," ujar Sekretaris PTBA Suherman, Senin (12/3/2018).
Menurut Suherman, untuk tahun 2017, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 19,47 Triliun, naik 38 persen dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 14,05 Triliun. Peningkatan pendapatan ini adalah hasil dari upaya terus menerus yang dilakukan manajemen Perseroan dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batubara Low to Medium Calorie di tengah membaiknya harga batubara dunia. Secara volume, penjualan batubara tahun 2017 tercapai sebesar 23,63 juta ton, meningkat 2,87 juta ton atau 14 persen dibandingkan penjualan tahun sebelumnya sebesar 20,75 juta ton. Komposisi penjualan masih didominasi oleh penjualan domestik sebesar 61 persen dan penjualan ekspor 39 persen.
"Peningkatan volume penjualan yang cukup signifikan terjadi pada penjualan domestik dan ekspor," ujar Suherman.
Dikatakan Suherman, untuk aset konsolidasian per 31 Desember 2017 tercatat sebesar Rp 21,98 Triliun, naik sebesar 3,41 Triliun atau 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 18,57 Triliun. Total kewajiban mengalami sedikit kenaikan hanya sebesar 2 persen atau Rp 163 Miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan sasaran tahun 2018, Perseroan merencanakan produksi batubara sebesar 25,54 juta ton untuk tahun 2018, yang mengalami kenaikan 17 persen dari rencana tahun sebelumnya sebesar 21,92 juta ton.
"Kita didukung PT Kereta Api Indonesia yang akan mengangkut batubara PTBA dari lokasi tambang sebesar 23,10 juta ton, dengan porsi masing-masing sebesar 19,40 juta ton menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung dan 3,70 juta ton menuju Dermaga Kertapati di Palembang. Angkutan tersebut telah meningkat 13 persen dari target tahun 2017 sebesar 20,50 juta ton," ujarnya.
Masih dikatakan Suherman, peningkatan target ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batubara medium to high calorie ke premium market seiring dengan semakin membaiknya harga batubara, demand batubara juga menunjukkan growth yang positif khususnya di wilayah ASEAN dimana akan beroperasinya sejumlah PLTU baru.
Selain itu, perseroan terus melakukan upaya efisensi serta investasi yang diprioritaskan kepada aktivitas yang menunjang operasional tambang. Diantaranya, untuk menekan biaya produksi penambangan, Perusahaan mengakuisisi perusahaan jasa pertambangan PT Satria Bahana Sarana (SBS) melalui anak perusahaan PT Bukit Multi Investama (BMI) pada tanggal 21 Januari 2015. PT SBS sudah beroperasi sejak tahun 2015 dengan kemampuan produksi yang terus meningkat. Target produksi tahun 2017 adalah sebesar 36 Juta BCM yang meningkat menjadi 38 Juta BCM pada tahun 2018.
"Kita juga melakukan sinergi Anak Perusahaan/Afiliasi dengan Perusahaan untuk efisiensi," katanya.
Dan pada tahun 2018, lanjut Suherman, Perseroan menganggarkan sebesar Rp 6,55 Triliun yang terdiri dari Rp 1,43 Triliun untuk investasi rutin dan sisanya Rp 5,12 Triliun untuk investasi pengembangan. Adapun untuk proyek pengembangan seperti Proyek PLTU Sumsel 8 (Banko Tengah 2x600 MW) yang berada di Muaraenim, Sumatera Selatan, yang akan segera dibangun oleh PTBA bersama China Huadian. Pada Maret 2015, Perseroan melalui anak perusahaan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) telah menandatangani Loan Agreement senilai USD 1,2 miliar bersama The Export-Import Bank Of China (CEXIM). Progress saat ini adalah telah ditandatanganinya amandemen Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN tanggal 19 Oktober 2017 mengenai perubahan pembangunan jalur transmisi High Voltage Direct Current (HVDC) menjadi jalur transmisi Extra High Voltage sepanjang 45 Km dari New Aurduri, Jambi ke Muaraenim, Sumatera Selatan, dan PLN telah menunjuk PT Waskita Karya sebagai pelaksananya. Konstruksi direncanakan akan dimulai tahun 2018 dengan teknologi Boiler Supercritical yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Selanjutnya akan dilakukan amandemen kontrak Engineering Procurement Construction (EPC), kontrak Operations and Maintenance (O&M) dan Coal Supply Agreement (CSA). Kemudian PLTU Mulut Tambang Peranap dengan kapasitas 2 x 300 MW di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, yang memanfaatkan lebih dari empat juta ton batubara per tahunnya dari tambang PTBA di Peranap. PLTU menggunakan teknologi proven yang akan dapat membangkitkan tenaga listrik dengan harga kompetitif sesuai aturan Pemerintah dan ditargetkan akan mulai beroperasi pada tahun 2023.
Kemudian sambung Suherman, proyek
PLTU Mulut Tambang Sumsel 6, proyek PTBA bekerjasama dengan PLN akan membangun PLTU dengan kapasitas 2 x 300 MW di Tanjungenim yang memanfaatkan lebih dari tiga juta ton batubara per tahunnya dari tambang PTBA di Tanjung Enim. Rencana mulai beroperasi pada tahun 2022. Proyek PLTU Halmahera Timur kapasitas 2 x 40 MW merupakan salah satu proyek sinergi BUMN, dalam hal ini PTBA sebagai perusahaan energi akan menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik baru Feronikel milik ANTAM yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Proyek sinergi BUMN lainnya adalah PLTU Kuala Tanjung kapasitas 2 x 350MW yang merupakan proyek strategis PTBA bersama INALUM untuk menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik ekspansi Aluminium Smelter II milik INALUM yang berada di kawasan Industri Sei Mangkei. PLTU ini ditargetkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2021.
Bahkan kedepan, kata Suherman, dengan melalui sinergi BUMN, untuk pengembangan PLTU, PTBA juga bersinergi dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical melalui pengembangan teknologi gasifikasi untuk mengkonversi batubara menjadi syngas. Syngas merupakan bahan baku yang diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik. Kebutuhan batubaranya diperkirakan lebih dari lima juta ton per tahun dan direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2022. Proyek CBM berlokasi dalam wilayah pertambangan batubara Tanjungenim, Sumatera Selatan. Proyek ini akan berproduksi dengan kapasitas 25 MMSCF (Million Standard Cubic Feet per Day) atau setara untuk membangkitkan tenaga listrik 100 MW dengan cadangan potensial sebesar 0,8 TCF (Trillion Cubic Feet). Proyek Angkutan Batubara dengan PT KAI jalur kereta api baru yang terdiri dari Tanjungenim - Simpang - Perajin dengan kapasitas 10 juta ton/tahun beserta pelabuhan baru Perajin yang rencana beroperasi pada tahun 2022.
Tanjungenim - Srengsem dengan kapasitas 20 juta ton/tahun dan rencana beroperasi tahun 2022, Tanjungenim ke Lampung (Bukitasam Transpacific Railways - BATR) yang rencana beroperasi tahun 2022 dengan kapasitas tahun ke-1 (7,5 juta ton), tahun ke-2 (15 juta ton), tahun ke-3 s/d 14 (25 juta ton), tahun ke-15 (27,5 juta ton), tahun ke-16 s/d 20 (30 juta ton). Selanjutnya kerjasama juga dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas jalur kereta yang sudah ada (existing) meliputi Double track jalur selatan dari Tiga Gajah - Baturaja - Martapura sepanjang 34,33 km
Double track jalur utara Prabu - Lembak - Payakabung - Kertapati sejauh 42,67 km beserta pengembangan fasilitas muat tongkang Dermaga Kramasan dengan kapasitas lima juta ton/tahun.(ari)
CAPTION FOTO :
RUPS PTBA 1,2 : PT Bukit Asam Tbk mengumumkan Kinerja Keuangan per 31 Desember 2017, mencatatkan laba bersih berhasil menembus angka Rp 4,47 Triliun atau naik 223 persen bilda dibandingkan dari periode sebelumnya yang hanya Rp 2 Triliun.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
0 Response to " "
Post a Comment