Foto: SRIPO/EVAN HENDRA
Teks Foto: SEDIKIT - Penambang pasir di tepian Sungai Komering OKU Timur mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasir dan koral dampak dari musim kemarau.
Lubang Didasar Sungai Mencapai Empat Meter
MARTAPURA, SRIPO - Musim kemarau yang sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir selain menyulitkan masyarakat mendapatkan air bersih juga menyulitkan masyarakat yang sehari-hari beraktifitas sebagai penambang pasir. Kesulitan mendapatkan pasir bukan hanya dirasakan oleh penambang pasir tradisional. Namun juga dirasakan oleh penamban pasir yang menggunakan mesin.
"Dalam satu hari hanya beberapa mobil saja bisa mendapatkan pasir. Biasanya sampai penuh lokasi penampungan. Saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak mencukupi," ungkap Sukirman (39) warga Tanjungaman Selasa (1/10).
Menurut Sukir, sulitnya mendapatkan pasir tersebut disebabkan karena kecilnya air yang menyuplai dari wilayah hulu sungai Komering yakni OKU Selatan. Jika pada musim hujan pasir sangat banyak dan mudah disedot karena terbawa air yan cukup besar dari wilayah OKU Selatan. Namun saat musim hujan seperti ini sangat sulit mendapatkan pasir kendati lubang di dasar sungai Komering sudah mencapai kedalaman hingga empat meter lebih.
"Pasir terus disedot. Lumpur juga ikut tersedot. Saat ini lubang di dasar sungai sudah mencapai empat meter lebih dengan lebar lebih dari 20 meter. Namun tetap saja mesin penyedot tidak bisa terus menerus menerus hidup dan harus menunggu hingga lubang terisi pasir terlebih dahulu," katanya.
Selain penambang pasir, penambang koral juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan koral karena pengaruh debit air yang sangat kecil.
"Biasanya dalam satu hari bisa beberapa kali membawa pasir menggunakan dump truk lima kubik. Namun sejak satu Minggu terakhir kami mengalami kesulitan mendapatkan pasir karena pertambangan sedang stop," katanya.
Menurut Didi, sejak dua Minggu terakhir dirinya dalam satu hari hanya bisa menjual satu kali jalan dengan kapasitas lima kubik. Untuk mendapatkan pasir tersebut juga kata dia, sangat sulit karena harus mengantri dan menunggu terlebih dahulu sejak pagi hari karena harus mengantri.
"Kita menggunakan dump truk. Kalau menggunakan mobil carry satu atau dua kibik cepat dapat. Karena kita tidak jalan sebelum cukup jadi harus menunggu terlebih dahulu," katanya.
Meskipun pasokan pasir mengalami penurunan kata dia, namun harga jual tetap sama yakni Rp. 250 ribu per lima kubik. Harga tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan sopir maupun minyak jika hanya satu kali antar.
Sedangkan Novianto penambang pasir di Desa Tanjung Kemala ketika dikonfirmasi membenarnya sulitnya mendapatkan pasokan pasir akibat dampak dari musim kemarau yang menyebabkan kecilnya aliran sungai Komering.
"Biasanya menambang pasir itu disedot. Pasirnya memenuhi lubang yang dibawa oleh arus. Kalau alirannya kecil pasir tidak memenuhi lubang yang akan disedot. Kadang harus menunggu lama baru mendapatkan pasir," kata Novi.
Menurut Novi, jika saat musim pengujan mesin penyedot tidak pernah berhenti hingga pasokan pasir penuh, berbeda dengan saat musim kemarau. Mesin sedot hanya hidup beberapa jam saja dengan hasil yang sangat minim dan langsung diambil oleh pembeli. (hen).
0 Response to "Berita martapura Selasa (1/10) lubang disasar Sungai Mencapai empat meter"
Post a Comment