Bangun Komunikasi Aktif Dengan Warga Binaan
SRIPOKU.COM, MUARAENIM,---
Kunci utama untuk membina warga binaan adalah dengan membangun komunikasi aktif dengan warga Binaan. Hal ini yang dilakukan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B Muaraenim Hidayat Amd.IP, SH, MM.
Menurut pria kelahiran 17 Januari 1977 ini, bahwa awalnya setelah tamat SLTA Tahun 1994, dan ia belum ada cita-cita, maklum perekonomian keluarganya pas-pasan. Berangkat dari keprihatinan, iapun bertekad ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi, tetapi tanpa mengeluarkan biaya alias gratis. Lalu ia pertamakali ikut tes Akademi Pemasyarakat dibawah Kemenkum dan Ham, dan alhamdulilah lulus. Kemudian ia mulai kuliah tahun 1994 dan lulus tahun 1997.
"Waktu itu kebenaran sekolah ikatan dinas yang buka dulu Akademi Pemasyarakatan, dan kita ikut ternyata lulus," ujarnya.
Menurut ayah dua anak ini, setelah lulus dirinya langsung penugasan. Seiring karir, iapun sempat ditugaskan menjadi
Kepala Rutan Pagaralam sekitar tahun 2012-2014, Kepala Rutan Barito Selatan Kalteng tahun 2014-2017, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Klas I Batu Nusa Kambangan tahun 2017-2018, dan saat ini diberikan amanah menjabat sebagai Kepala Lapas Klas IIB Muaraenim tahun 2018 sampai sekarang.
Selama bertugas lanjut suami Rahayu Setio Reni ini, ia sudah menemui bermacam-macam orang mulai dari status sosial, agama, suku, ras, pendidikan dan sebagainya. Begitupun kasus mereka mulai dari bandar narkoba, teroris dan lain-lain. Jadi ketika di Lapas Klas IIB Muaraenim menerima warga binaan teroris termasuk yang divonis hukuman mati sudah tidak kaget lagi, sebab dahulu ketika ia bertugas di Lapas Batu Nusa Kambangan hal tersebut tidak aneh lagi. Bahkan dilokasi tersebut sudah biasa dilakukan untuk mengeksekusi mati warga binaan yang vonis mati. Dari berbagai pengalaman tersebut ternyata untuk membuat Lapas kondusif adalah harus membangun komunikasi aktif dua arah dengan seluruh warga binaan sehingga bisa sama persepsinya yang tidak bertentangan dengan hukum.
Untuk yang berkesan selama bertugas, sambung alumni SMA di Lampung ini, seluruhnya berkesan. Namun pernah ada tahanan kabur ketika di Rutan Pagar Alam. Tahanan tersebut kabur pada saat pengajian, ia pura-pura ambil wudhu, tetapi tidaklama kemudian tertangkap lagi. Tetapi tantangan terbesar dengan warga binaaan adalah mereka datang dari segala status sosial , budaya, agama, dan lain-lain dengan beradapatasi situasi dan kondisi yang serba terbatas. Jika tidak ada komunikasi dua arah tentu sangat rawan konflik, makanya perlu kesepahaman antara warga binaan dengan petugas Lapas. Itu, perlu pembinaan yang positif warga binaan. Ada kepuasan tersendiri jika bisa membina warga binaan sadsr dan menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Ibarat kertas, warga binaan yang masuk ke Lapas sudah ada coretan dengan tinta warna warni, dan kita harus membersihkan coretan tersebut menjadi putih dan baru dicoret lagi dengan hal-hal yang positif. Semua kejadian didalam lapas adalah tanggungjawab Kalapas pertaruhannya adalah jabatan. Moto saya adalah terus lakukan perubahan untuk menjadi lebih baik dan selalu menjadi inspirasi bagi semua orang.(ari)
CAPTION FOTO :
Hidayat : Kalapas Klas IIB Muaraenim
0 Response to " "
Post a Comment