Buy and Sell text links

Berita Banyuasin

Fatimah Senang Dapat Kaki Palsu dari Askolani

BANYUASIN, SRIPO -- Tepatnya, Sabtu (17/8/2019) di Hari kemerdekaan RI ke 74, menjadi kebahagian tersendiri bagi Siti Fatimah (15) pelajar SMA Negeri 2 Sembawa Kabupaten Banyuasin. Lantaran, korban kecelakaan ini mendapat bantuan kaki palsu dari Bupati Banyuasin H Askolani SH MH.

Anak pasangan dari Ponijan dan Marpuah ini merupakan satu dari tiga korban yang ditabrak truk kecelakaan lalulintas yang selamat beberapa bulan lalu. Saat itu, mereka berjalan kaki di trotoar hendak membeli keperluan alat sekolah di warung yang tak jauh dari sekolahnya.

Akibat tabrakan tersebut, menyebabkan kaki kirinya harus diamputasi, usai menjalani operasi serius dari RSUD Palembang, sedangkan temannya ada yang tewas dan selamat.

Ketika, Siti Fatimah di dampingi Ponijan dan adik kandungnya, untuk berfoto bersama bupati dan Ketua TP PKK Banyuasin dr Sri Fitriyanti Askolani. Tawaran untuk berfoto disambut senang oleh bupati, lalu berfoto berlangsung. Siti yang memegang tongkat penyangga kaki. Ingin berfoto bersama kaki palsunya pemberian Askolani.

Bupati Banyuasin H Askolani didampingi istrinya dr Sri Firriyanti langsung menyapa dan memberikan semangat agar Siti Fatimah dan orang tuanya, untuk tidak pantang menyerah melanjutkan sekolah dan mengejar cita-citanya. "Jangan minder dan rajin-rajin belajar supaya kelak menjadi orang yang hebat dan berguna," ujar Askolani.

Siti Fatimah juga, mengucapkan terimakasih kepada Bupati Banyuasin yang telah memberikan bantuan kaki palsu. "Saya merasa senang dapat bantuan kaki palsu ini. Saya tetap semangat bersekolah agar bisa menjadi dokter," tandas Siti yang mengharapkan perhatian dari pemerintah agar bisa membantu biaya pendidikan tingkat perguruan tinggi. (mbd)

SRIPO/MAT BODOK

Bupati Banyuasin H Askolani SH MH didampingi Ketua TP PKK Banyuasin dr Sri Fitriyanti Askolani berfoto bersama Siti Fatimah dan Ponijan kiri orang tuanya seusai pemberian kaki palsu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berita Banyuasin"