Yth,
Redaksi Harian Umum Sriwijaya Post
di
Palembang
Salam lestari,
Dengan ini kami kirimkan rilis berita lingkungan terkait prakarsa penghijauan di tepian Sungai Kelekar di kota Prabumulih. Tersalin di badan surat bagian bawah.
Semoga dapat disebarluaskan ke khalayak oleh Harian Umum Sriwijaya Post.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih.
Semoga menjadi kabar baik!
Prabumulih, 2 Juli 2018
Syamsul Asinar Radjam
Institut Agroekologi Indonesia
___________________________
Rilis Berita Lingkungan
Institut Agroekologi Indonesia (INAgri)
-------------------------
Kembalikan Agroekologi, Komunitas Pecinta Sungai Kelekar Tanam Karamunting
Sebatang sungai tidak bisa dimaknai sekadar aliran air yang besar. Ia juga habitat. Baik di badan airnya, maupun di sepanjang tepian badan sungai.
Pemahaman ini menjadi titik pangkal lahirnya prakarsa penghijauan di tepian sungai Kelekar, kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Prakarsa ini digagas oleh Komunitas Pecinta Kelekar didukung oleh Institut Agroekologi Indonesia. Pada sore hari tanggal 1 Juli 2018, dilakukan penanaman tumbuhan asli setempat, karamunting (Melastoma affine).
Pemilihan jenis tumbuhan dilakukan berdasarkan keberagaman manfaat. Selain manfaat konservasi, tumbuhan berbunga eksotik ini memiliki manfaat sebagai tanaman hias maupun tanaman penghasil buah yang dapat dikonsumsi. Selain itu, karamunting sudah mulai sulit dijumpai di Prabumulih.
"Penanaman karamunting di tepi Kelekar bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati Prabumulih. Selain itu juga dimaksudkan sebagai bagian dari normalisasi sungai kelekar yang dulu berfungsi sebagai habitat banyak tumbuhan asli," tutur Fajar Amsani, penggerak Komunitas Pecinta Kelekar.
Ekosistem sungai yang berulu dan membela kota Prabumulih ini telah banyak berubah. Terutama sejak era 1980-an semenjak dilakukan pelurusan badan sungai yang semula berkelok. Perubahan ekosistem sungai kelekar dilanjutkan pula dengan proyek normalisasi yang sebenarnya lebih tepat disebut "betonisasi".
Menurut praktikus agroekologi, Syamsul Asinar Radjam, normalisasi sungai berbeda dengan pelurusan badan sungai atau perapian dan betonisasi bibir sungai. Pelurusan akan membuat aliran sungai semakin cepat sehingga berdampak pada cepatnya laju kehilangan air di wilayah ulu, dan bedampak di wilayah ilir. Laju aliran air yang cepat akan semakin cepat membawa lumpur dan mengakibatkan tingginya sedimentasi, yang akhirnya mengakibatkan pekerjaan tambahan untuk pengerukan berkala. Pembetonan dinding sungai juga merusak lingkungan.
Terhadap betonisasi yang telah terjadi, Syamsul Asinar yang juga pendiri Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) menekankan agar normalisasi Sungai Kelekar di masa-masa mendatang bukan lagi sekadar perapian dan pengerukan endapan lumpur. Melainkan normalisasi kondisi agroekologi di sepanjang sungai. Normalisasi habitat untuk tumbuh-tumbuhan lokal melalui kegiatan penanaman, normalisasi daya dukung sungai untuk sektor pertanian setempat, maupun normalisasi satwa air yang masih dapat dijumpai seperti jenis ikan air tawar, ketam, dan labi-labi.
Penghijauan pinggiran sungai Kelekar dengan penanaman karamunting, masih bersifat rintisan dan belum massif, merupakan prakarsa yang patut didukung oleh berbagai pihak di Prabumulih. Prakarsa ini masih sangat mungkin dikembangkan dengan penanaman tanaman langka dan khas Prabumulih yang dulu banyak terdapat di daerah aliran sungai Kelekar. Contohnya, buah nasi-nasi atau jambu nasi (Syzygium aqueum), lentahi atau marasi (Curculigo latifolia), dan nanas Prabumulih yang menjadi ikon kota.
***
0 Response to "Rilis Berita Lingkungan, Pemulihan Sungai Kelekar, Kota Prabumulih"
Post a Comment