Palembang, 13 September 2017
Kepada
Yth. Pemimpin Redaksi/Sekred/
Redaktur Opini Harian SRIWIJAYA POST
Dengan hormat,
Melalui email ini saya kirimkan tulisan Opini berjudul : Dakwah Melalui Tulisan oleh Provinsi (Terlampir di Attch + Foto Diri).
Saya kirimkan tulisan ini dengan harapan dapat diterbitkan di surat kabar SRIWIJAYA POST
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Salam Hormat,
MASPRIL ARIES
Dakwah Melalui Tulisan
Oleh : Maspril Aries
Pegiat Kaki Bukit Literasi
"Salah satu sunah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW namun sedikit sekali dari kaum Muslim yang menyadarinya adalah menulis. Bahkan, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk menulis, walau dalam perintah-Nya tersebut dikaitkan dengan urusan utang piutang.
Prof Mustafa Azami dalam bukunya yang berjudul Kuttabun Nabi menyebutkan, untuk urusan tulis-menulis, Rasulullah mempunyai 65 sekretaris. Sepeninggal Rasulullah, para sahabat, tabi'in, dan ulama salafussholih memperkuat dan mengembangkan budaya tulis-menulis dan menjadikannya tradisi kaum Muslim." (www. republika.co.id, Selasa, 24 November 2015, 19:42 WIB)
Dalam keseharian kita kerap mendengar kata "dakwah." Terlebih di lingkungan dunia pesantren kata "dakwah" menjadi kosakata yang akrab terdengar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kosakata "dakwah" berarti penyiaran; propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.
Turunan dari kata dakwah diantaranya :
-. berdakwah yang berarti mengajak (menyerukan) untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama; bisa juga berkhotbah (memberi penerangan) tentang agama.
-. mendakwah berarti menyampaikan dakwah;
-. mendakwahi berarti menyiarkan agama kepada umat :
-. pendakwah yang berarti orang yang berdakwah atau sering disebut dai.
Dakwah secara umum berarti menyampaikan pesan, seruan kepada khalayak untuk menjalankan perintah dan anjuran Islam dan menjauhi/ mencegah apa yang dilarang oleh Islam dapat menggunakan berbagai medium.
Di tengah masyarakat, dakwah lebih identik dengan ceramah, khotbah dan tablig. Ceramah, khotbah dan tablig adalah cara menyampaikan ajaran agama atau syiar Islam dengan lisan atau disampaikan dengan bahasa lisan. Penyampaian materi dakwah dilakukan dengan bentuk ceramah bertatap muka langsung dengan audien disebut dakwah bil lisan.
Selain itu juga dikenal adanya dakwah bil fi`li yang berarti berupa perbuatan dakwah dengan memberi contoh teladan dari seorang pendakwah. Namun ada satu metode dakwah yang kurang akrab dan dikenal luas di tengah masyarakat yakni dakwah bil kitabah atau secara tulisan.
Dakwah bil kitabah memang kalah populer dan terdengar asing ditelinga banyak orang dibandingkan dakwah bil lisan dan juga dakwah bil fi`li. Dakwah bil kitabah atau dakwah melalui tulisan juga sering diidentikan dengan dakwah bil qalam (DBQ) atau dakwah menggunakan pena. Kata "Qalam" merujuk kepada firman Allah SWT yang terjemahannya : "Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya" (QS Al-Qolam :1).
Dakwah bil kitabah atau dakwah bil qalam adalah dakwah menggunakan pena dengan membuat dakwah tertulis di media massa. Menulis atau berdakwah dengan tulisan di media berarti melaksanakan salah satu sunah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Pada era informasi dan era digital saat ini, media massa telah berkembang pesat tidak lagi terbatas pada media cetak dan media audio visual, kini ada media online. Seiring dengan perkembangan tersebut, sudah sejak dulu media massa menjadi sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik di tengah masyarakat.
Gerakan dakwah Islam dalam perkembangannya juga mengalami dinamika yang beragam, baik yang ditentukan oleh subyek dakwah (dai) maupun realitas obyek (mad'u). Gerakan dakwah saat ini dan yang akan datang dihadapkan pada kondisi sosial yang berkembang sehingga secara otomatis menuntut pola pengembangan gerakan dakwah yang sistematis.
Dakwah bil qalam atau dakwah dengan menggunakan pena, dalam hal ini
aktivitas tulis-menulis (jurnalistik). Dakwah bil qalam selayaknya membutuhkan keseriusan lebih bagi para dai jika dibandingkan dengan dakwah bil lisan. Alasan utamanya adalah untuk masa sekarang ini manusia cenderung memanfaatkan media (media massa) dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan, disamping itu media tulisan dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga bisa menjangkau obyek yang banyak.
Berdakwah melalui media massa (surat kabar, buletin, majalah, buku dan mendia online) memiliki cara dan karakteristik tersendiri, berbeda dengan berdakwah pada media lainnya. Berdakwah menggunakan tulisan adalah bentuk komunikasi dengan masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembacanya.
Keunggulan dakwah bil qalam dibandingkan format dakwah bentuk lain adalah sifat objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan dakwah bil qalam dapat diterima oleh banyak pembaca atau umat Islam. Dakwah bil qalam tak lekang oleh waktu. Usia dakwah melalui tulisan akan lebih panjang dibanding dakwah lisan.
Kita simak contoh pada ulama besar Indonesia almarhum Buya Hamka. Dalam berdakwa Hamka yang pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga berdakwa secara lisan atau dakwah bil lisan. Di sisi lain Hamka juga berdakwa melalui tulisan. Hamka juga dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia. Hamka adalah orang yang pandai berbicara atau berpidato dan piawai juga dalam menulis. Buya Hamka adalah orang yang artikulatif secara lisan dan tulisan.
Buya Hamka telah tiada dan tidak mungkin lagi melakukan dakwah secara lisan. Tapi melalui tulisannya Hamka sampai saat ini masih tetap "hidup" menyampaikan pesan-pesan dakwahnya melalui tulisannya. Seperti buku Tafsir Al Azhar sampai kini masih terus dibaca dan dijadikan rujukan pada berbagai ruang kuliah dan pengajian. Atau pesan-pesan dakwahnya masih bisa dibaca dalam buku karya sastranya berjudul Di Bawah Lindungan Kabah yang isinya mengajak pembaca atau umat Islam merenungkan pesan-pesan moral dalam karya sastra tersebut.
Demikian pula dengan karya tulis ribuan ulama dan pemikir muslim lainnya masih terus berdakwah menyerukan kebajikan. Imam Ghazali masih terus menyerukan dakwahnya melalui karya besarnya Ihya Ulumuddin.
Media dakwah bil qalam yang bisa berusia panjang memiliki kekuatan persuasi yang tajam sehingga mampu memberikan efek yang lebih besar dan mampu menembus sekat-sekat yang biasanya menjadi penghalang efektivitasnya komunikasi. Mari selanjutnya pada ustaz, dai, mubalig atau ulama dan pemikir Islam untuk merakit pesan-pesan dakwah dengan merakit tradisi menulis.
Mulailah melakukan aktivitas menulis. Merakit kata menjadi kalimat, kemudian merangkainya menjadi karya tulis yang bermakna. Menulis adalah pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan juga kesenangan. Seorang yang menulis akan dibawa mengembara ke alam gagasan yang semakin kaya, sebab menulis berarti menambah pengetahuan baru sekaligus mempertajam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sayidina Ali alaihi salam pernah mengatakan, "Tulisan merupakan tali pengikat ilmu pengetahuan."
Setelah memiliki kemampuan menulis untuk berdakwah pada era modern dengan perkembangan bidang teknologi informasi sedemikian pesatnya, tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi tersebut. Selanjutnya mari melakukan dakwah bil qalam dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Di tengah realitas sekarang ini selain melalui media cetak (koran, majalah dan buku), hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki peralatan teknologi informasi, komputer dan laptop dengan jaringan internet dan telepon seluler dengan berbagai fiturnya. Ada masyarakat akan dianggap "kuper" (kurang pergaulan) atau "gaptek" (gagap teknologi) apabila tidak mempunyai peralatan teknologi informasi. Mari kita manfaatkan kepemilikan perangkat teknologi informasi tersebut dengan membagikan tulisan-tulisan berisi dakwah atau dakwah bil qalam kepada umat untuk terus menyerukan dan menebarkan kebajikan. ©
0 Response to "Bisa cadangan mimbar jumat pak haji n pak amin"
Post a Comment