Dewan Nilai Ada Kelalaian Pelayanan Kasus DBD
KAYUAGUNG, SRIPO -- Masih mewabahnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), apalagi hingga menimbulkan korban jiwa di wilayah Bumi Bende Seguguk, mendapat tanggapan serius dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) OKI.
Wakil rakyat menduga ada kelalaian, sehingga menyebabkan Tama Atmajaya, bocah berusia 4 tahun yang merupakan warga Desa Pulau Betung, Kecamatan Pampangan OKI meninggal dunia. Demikian dikatakan Sekretaris Komisi IV DPRD OKI, Sholahuddin Djakfar pada wartawan, Kamis (14/4).
"Kami menduga ada kelalaian disini, sehingga warga yang terjangkit DBD ini meninggal dunia. Kami prihatin jika bocah berusia 4 tahun harus menjadi korban, tapi semua sudah terjadi. Pihak keluarga kami harap bisa tabah menghadapi keadaan ini," kata Sholahuddin.
Ditanya seperti apa kelalaian dimaksud, Politisi Partai NasDem ini menuturkan, kelalaian bagi Dinas Kesehatan salah satunya gagal mengantisipasi mewabahnya virus DBD. "Seharusnya mereka bisa lebih tanggap mengantisipasi sejak dini, sosialisasi harus lebih gencar. Jangan ketika ada temuan kasus baru turun ke lapangan. Sementara bagi Puskesmas Pampangan dianggap terlambat merujuk ke RSUD Kayuagung," bebernya.
Untuk RSUD Kayuagung sendiri, lanjut Sholahuddin, kelalaiannya yakni penanganan pasien yang masuk UGD belum maksimal. "Setiap pasien yang masuk UGD itu pasti kondisinya kritis atau berbahaya, jadi seharusnya tindakan medis yang diambil lebih maksimal, contohnya dalam pemberian obat, jangan memakai obat generik," cetusnya seraya mengatakan, selaku mitra kerja, dalam waktu dekat Komisi IV DPRD OKI akan memanggil Direktur RSUD Kayuagung dan Kepala Dinas Kesehatan.
Seperti diketahui sebelumnya, Tama Atmajaya, Selasa (12/4/2016) pukul 14.35 , meninggal dunia di RSUD Kayuagung akibat menderita penyakit demam berdarah dengue, walaupun pasien ini sempat menjalani perawatan intensif selama 3 jam.
Informasinya, bocah malang ini dibawa oleh ibunya bernama Keri Susana ke Puskesmas Pampangan, Senin (11/4/2016) malam sekitar pukul 19.30 dan rawat inap di puskesmas tersebut. Namun pagi harinya, melihat keadaan pasien yang kurang baik, pihak Puskesmas merujuknya ke RSUD Kayuagung dan masuk ruang UGD pukul 11.30.
Selanjutnya, pasien langsung ditangani dr Mirna selaku dokter spesialis anak di ruang rawat inap anak RSUD Kayuagung. Upaya maksimal pun dilakukan pihak Rumah Sakit dengan memberikan infus pada pasien. Namun naas, setelah menjalani perawatan intensif selama hampir 3 jam, akhirnya pasien ini menghembuskan nafas terakhirnya.
"Memang pasien bernama Tama Atmajaya, merupakan rujukan dari Puskesmas Pampangan. Namun meninggalnya di Rumah Sakit Kayuagung. Saat datang ke puskesmas memang kondisinya sudah agak gawat, sehingga kami rujuk ke RSUD Kayuagung," ujar Kepala Puskesmas Pampangan, Kartubi.
Menurutnya, pasien ini datang ke Puskesmas Pampangan, Senin (11/4/2016) pukul 19.30, pagi harinya atau Selasa (12/4/2016) langsung dirujuk ke RSUD Kayuagung. "Hasil pemeriksaan kami memang pasien ini suspect DBD, artinya ada gejala penyakit demam berdarah. Namun kami tidak tahu dia meninggal itu apakah benar akibat DBD, karena harus menjalani uji lab, pihak RSUD Kayuagung yang lebih paham," terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKI, HM Lubis MKes melalui Kabid P2PL, Ubaidilah SKm mengaku belum mendapatkan laporan terkait adanya warga Pampangan yang meninggal akibat DBD. "Kita belum tau informasinya, karena beberapa bulan terakhir ini tidak terjadi gejolak. Tapi kami akan segera turun ke lapangan untuk menghindari penyebaran wabah DBD disana," tandasnya. (mbd)
"Kami menduga ada kelalaian disini, sehingga warga yang terjangkit DBD ini meninggal dunia. Kami prihatin jika bocah berusia 4 tahun harus menjadi korban, tapi semua sudah terjadi. Pihak keluarga kami harap bisa tabah menghadapi keadaan ini," kata Sholahuddin.
Ditanya seperti apa kelalaian dimaksud, Politisi Partai NasDem ini menuturkan, kelalaian bagi Dinas Kesehatan salah satunya gagal mengantisipasi mewabahnya virus DBD. "Seharusnya mereka bisa lebih tanggap mengantisipasi sejak dini, sosialisasi harus lebih gencar. Jangan ketika ada temuan kasus baru turun ke lapangan. Sementara bagi Puskesmas Pampangan dianggap terlambat merujuk ke RSUD Kayuagung," bebernya.
Untuk RSUD Kayuagung sendiri, lanjut Sholahuddin, kelalaiannya yakni penanganan pasien yang masuk UGD belum maksimal. "Setiap pasien yang masuk UGD itu pasti kondisinya kritis atau berbahaya, jadi seharusnya tindakan medis yang diambil lebih maksimal, contohnya dalam pemberian obat, jangan memakai obat generik," cetusnya seraya mengatakan, selaku mitra kerja, dalam waktu dekat Komisi IV DPRD OKI akan memanggil Direktur RSUD Kayuagung dan Kepala Dinas Kesehatan.
Seperti diketahui sebelumnya, Tama Atmajaya, Selasa (12/4/2016) pukul 14.35 , meninggal dunia di RSUD Kayuagung akibat menderita penyakit demam berdarah dengue, walaupun pasien ini sempat menjalani perawatan intensif selama 3 jam.
Informasinya, bocah malang ini dibawa oleh ibunya bernama Keri Susana ke Puskesmas Pampangan, Senin (11/4/2016) malam sekitar pukul 19.30 dan rawat inap di puskesmas tersebut. Namun pagi harinya, melihat keadaan pasien yang kurang baik, pihak Puskesmas merujuknya ke RSUD Kayuagung dan masuk ruang UGD pukul 11.30.
Selanjutnya, pasien langsung ditangani dr Mirna selaku dokter spesialis anak di ruang rawat inap anak RSUD Kayuagung. Upaya maksimal pun dilakukan pihak Rumah Sakit dengan memberikan infus pada pasien. Namun naas, setelah menjalani perawatan intensif selama hampir 3 jam, akhirnya pasien ini menghembuskan nafas terakhirnya.
"Memang pasien bernama Tama Atmajaya, merupakan rujukan dari Puskesmas Pampangan. Namun meninggalnya di Rumah Sakit Kayuagung. Saat datang ke puskesmas memang kondisinya sudah agak gawat, sehingga kami rujuk ke RSUD Kayuagung," ujar Kepala Puskesmas Pampangan, Kartubi.
Menurutnya, pasien ini datang ke Puskesmas Pampangan, Senin (11/4/2016) pukul 19.30, pagi harinya atau Selasa (12/4/2016) langsung dirujuk ke RSUD Kayuagung. "Hasil pemeriksaan kami memang pasien ini suspect DBD, artinya ada gejala penyakit demam berdarah. Namun kami tidak tahu dia meninggal itu apakah benar akibat DBD, karena harus menjalani uji lab, pihak RSUD Kayuagung yang lebih paham," terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKI, HM Lubis MKes melalui Kabid P2PL, Ubaidilah SKm mengaku belum mendapatkan laporan terkait adanya warga Pampangan yang meninggal akibat DBD. "Kita belum tau informasinya, karena beberapa bulan terakhir ini tidak terjadi gejolak. Tapi kami akan segera turun ke lapangan untuk menghindari penyebaran wabah DBD disana," tandasnya. (mbd)
0 Response to "Berita OKI"
Post a Comment