Warga Takut Tanaman Kopi Rusak
• Resah Program RHL
Laporan Wartawan Sriwijayapost, Alan Nopriansyah
MUARADUA, SRIPO--Minimnya sosialisasi terhadap masyarakat, Program Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) membuat masyarakat pemilik lahan kawasan yang termasuk dalam program yang tersebar di lima Kecamatan resah dan khawatir.
Keresahan warga disampaikan pada kegiatan Audiensi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang dihadiri langsung oleh Kepala Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)HL Ketahun dan Musi dan Bupati OKU Selatan Popo Ali MB Commerce dan jajaran di Aula Pemkab, Selasa (10/9).
Bahkan beberapa Desa menolak pelaksaan pengukuran RHL yang dimulai sejak Mei 2019 terdapat di Kecamatan Sungai Are, Sindang Danau, Pulau Beringin, BPRRT, Mekakau Ilir dan Kecamatan Muaradua, di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Warga Desa Sebaja Kecamatan Sungai Are, Saiful mengatakan warga resah sebab program PHL penanaman 400 pohon perhektare dikebun warga bakal mengurangi produktifitas penghasilan petani.
"Sebenarnya kami dari masyarakat Sebaja agak resah dan cemas dengan adanya program RHL ini, sebab 3 tahun kedepan apabila tanaman tersebut sudah besar penghasilan kopi kami akan tidak produktif lagi,"ujar Saiful.
Kehawatiran warga sebab, sebanyak 400 batang yang ditanam akan berdampak pada tanaman Kopi yang merupakan mayorutas penghasilan penduduk OKU Selatan.
Terpisah warga Desa Mehanggin Jiwan, khawatir kebun yang termasuk dalam pengukuran PT kedepannya bakal diambil alih oleh Pihah Perusahaan, sehingga masyarakat kehilangan kebun milik mereka.
"Kita juga mewakili Desa Menhaggin, Kecamatan Muaradua, khawatir kedepannya tanah tersebut dihak miliki oleh perusahaan,"terangnya.
Terkait hal itu Kepala BPDAS Musi, Siswo, S Hut, MSi berpendapat program Rehabilitasi RHL justru menguntungkan masyarakat sebab bakal meningkatkan ekonomi dengan menambah penghasilan petani.
"Program ini jelas menguntungkan masyarakat, sebab pertama tidak ada pengusiran masyarakat, tidak merusak tanaman milik masyarakat dan pohon yang ditanam diberikan tidak dipungut biaya,"terang Siswo.
Siswo, membantah akan minimalnya sosialisasi kepada masyarakat sebelum pelaksanaan, sebab dirinya menilai telah dilakukan sosialisasi namun hanya peserta masyarakat tidak diikuti oleh banyak warga.
"Memang sosialisasi tidak diikuti semua masyarakat, masyarakat kurang paham sebab disosialisasi pertama menjelaskan tentang ABC, kemudian kedua beda orang lagi membahas DEF,"terang Siswo.
Pada program Nasional RHL, 2019 terdapat 3200 hektare lahan kawasan di lima Kecamatan dengan penanaman pohon seperti Jengkol, Alpokat, Petai dengan 400 pohon perhektare lahan.(cr28).
SRIWIJAYA POST : ALAN NOPRIANSYAH
Warga : Warga Desa Sebaja Kecamatan Sungai Are saat menyampaikan keluhan pada Audiensi di Aula Pemkab OKU Selatan., Selasa, (10/9/2019).
0 Response to "Warga Takut Tanaman Kopi Rusak"
Post a Comment