RSUD Muaraenim Sosialisasi Terapi Wicara
SRIPOKU.COM, MUARAENIM,---Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Tuna Wicara, Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) menggelar Sosialisasi Terapi Wicara di RSUD dr HM Rabain Muaraenim, Selasa (9/7/2019).
"Terapi ini melatih cara berbicara dan menelan dengan baik, serta memberi dukungan dan perhatian pada pasien. Deteksi dan pengobatan dini mampu meningkatkan prognosis bagi kebanyakan pasien dan mencegah gangguan memburuk," kata penyuluh PKRS RSUD dr HM Rabain Muaraenim Riri Angreini AMd,TW.
Menurut Riri, tujuan dari Terapi Wicara adalah untuk menangani masalah komunikasi yang terdiri dari gangguan bicara (artikulasi), bahasa, suara dan irama kelancaran. Sedangksn Terapis Wicara diartikan sebagai profesi yang memberikan pelayanan pada gangguan komunikasi yang berperan dalam mengidentifikasi, memeriksa, menangani dan mencegah gangguan bahasa dan bicara baik secara resptif dan eksprensif pada semua modalitas (bicara, menulis, lambang, dan gambar) juga memberikan pelayanan untuk gangguan menelan.
Ada beberapa Tahapan dalam terapi wicara pada bayi, kata Riri, menurut M Berry dan Jon Eisension terdiri dari lima. Pertama, Tahap Perkembangan Bahasa yakni Tahap Refleks (reflexive vocalization), Meraban (Babblings), Mengoceh (Lallings), Mengulang (Echolalia), Bicara Benar (True Speech).
Masih dikatakannya, Untuk Tahap Repleks (reflexive vocalization) yakni Tahap ini dialami bagi bayi pada usia 0-1,5 bulan, Memasuki usia empat minggu baru ada tangisan berbeda. Lalu Tahap Meraban (babblings), tahap ini terjadi d usia 6-7 minggu, masih tergolong perbuatan atau aktivitas yang bersifat refleks, akan terdengar bunyi vokal mirip konsonan, selanjutnya akan terdengar kombinasi konsonan, memulai pergerakan pembentukan bibir bawah dan atas, Tidak ada feedback auditory. Kemudian Mengoceh (Lallings) adalah Tahap ini terjadi diusia 3-6 bulan, Mengeluarkan suku kata tanpa makna seperti babbling, mempunyai feedback auditory, namun pada pasien Tuna Rungu tidak akan melewatinya. Lalu, Mengulang (Echolalia), pada masa ini usia 6-10 bulan kecenderungan mengulang tanpa mengubah kata, mulai diikuti dengan gestur, belum memaknai dari kata yang ditirunya. Terakhir, Bicara Benar (True Speech), ini pada usia 12-15 bulan, sudah mengerti sedikit makna dari yang diucapkan, kata yang keluar bukan dari kata yang meniru dari lingkungan sekitar, meski artikulasi salah anak dapat menolak apa yang dimaksud.
Oleh karena itu, lanjut Riri, jika kita menangani pasien tuna wicara yang dilakukan adalah harus menyadari kondisi anak, peran orangtua dan keluarga, pola teknis dan memaksimalkan kemampuan anak.(ari)
CAPTION FOTO :
Sosialisasi : Tampak Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) menggelar Sosialisasi Terapi Wicara di RSUD dr HM Rabain Muaraenim, Selasa (9/7)
0 Response to " "
Post a Comment