Buy and Sell text links

Farman (kanan), Amazona (kemeja krem), Hadi Prayogo

Hal 1 tengah lipatan bung2 kita mau dapat kanal dari Polda 

Farman (kanan), Amazona (kemeja krem), Hadi Prayogo (bertopi), Yahya sedang swafoto bersama Wenny Ramdiastuti (pegang ponsel), usai paparan Rumah Edukasi Anti Narkoba

Ide Ditnarkoba Butuh Respon Kepala Daerah (sub)
Rumah Edukasi Narkoba Mirip Museum

SEBUAH terobosan yang bisa jadi yang pertama di Indonesia digagas Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumsel di bawah Direkturnya Kombes Pol Farman. Saat ini Farman dan tim atas restu Kapolda Sumsel, membuat wacana untuk membangun rumah singgah anti narkoba atau rumah edukasi mirip museum yang lengkap dan tentu saja menarik.
Farman didampingi Wadir Narkoba AKBP Amazona memaparkan kepada Kepala Newsroom Sriwijaya Post-Tribun Sumsel Hadi Prayogo, Pemred Wenny Ramdiastuti dan Manajer Iklan Yahya Ahmad, di Kopi 7, Kamis (14/3). Baik Farman maupun Amazona berharap ide mereka direspon para stakeholder di Sumsel, untuk menyelamatkan anak bangsa.
Rumah singgah ini, nantinya diperuntukan untuk memberikan edukasi mengenai bahaya bila menggunakan narkoba. "Kami insan media sangat tertarik dan akan mendukung upaya pembangunan rumah edukasi narkoba ini. Ini sebuah langkah terobosan, kami berharap gubernur, bupati atau walikota meresponsnya untuk menyelamatkan anak bangsa khususnya di Sumsel dari bahaya narkoba, " kata Hadi Prayogo yang juga Ketua Kompas Gramedia Sumbagsel ini.
Karena itu Hadi berjanji akan ikut mendukung agar rumah singgah ini terwujud. "Pak Farman dan Pak Amazona bilang peredaran narkoba di Sumsel sudah dalam tahap masif. Ini harus dihentikan untuk kebaikan generasi muda kita. Rumah edukasi ini juga bisa jadi obyek wisata pendidikan. Saya akui ruar biasa ide Ditnarkoba Polda Sumsel ini dan layak direspon kepala daerah," tegas Hadi.

Direktur Reserse Narkoba Polda Sumsel Kombes Pol Farman menuturkan, wacana akan dibangunnya rumah singgah edukasi narkoba ini sebagai gagasan dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumsel agar generasi muda dan masyarakat tidak mudah menjadi sasaran peredaran narkoba.

"Membentuk memang rumah singgah, tetapi tidak hanya sekedar rumah singgah saja. Disini juga akan ada edukasi mengenai narkoba, enternain misal permainan mencari barang bukti narkoba, cafetaria, ruang pertemuan, marchendiase dan bisa jadi destinasi wisata karena dilengkapi dengan sistem IT," ujar Farman.

Setidaknya, di Sumsel perlu tiga rumah singgah yang memiliki fasilitas yang lengkap. Sehingga, generasi muda, generasi milenial dan masyarakat tidak bosan hanya dengan diberikan edukasi saja.

Gagasan yang dimunculkan ini, memang tidak hanya harus didukung dari Ditresnarkoba Polda Sumsel saja. Peran serta dan kerjasama dengan pemerintah daerah termasuk masyarakat juga harus ikut mendukung.

"Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Sehingga dalam waktu dekat rumah singgah anti narkoba ini bisa segera terlaksana. Karena ini untuk kebaikan bersama, dengan tujuan generasi muda dan milenial tahu betapa bahayanya narkoba," katanya.

Nantinya, di rumah singgah anti narkoba ini bisa menjelaskan mengenai bahaya peredaran dan penyalagunaan narkoba yang dikemas dalam suatu data pamer melalui edukasi yang menghibur, sehingga anak muda dan kaum milenial tidak merasa bosan.

Ada pula nanti histori menampilkan, menyajikan dan meluruskan peristiwa atau kejadian berkaitan dengan definisi narkoba, sejarah penyebaran narkoba, perang serta perkembangan.

Ide ini muncul berdasarkan arahan presiden pada hari Hani. Nantinya, dengan adanya rumah singgah anti narkoba ini muncul interaksi nyata dua belah pihak mengenai paham bahaya narkoba sehingga mengubah pola pikir masyarakat dan bisa memberikan motivasi untuk berprestasi.

"Nanti juga, masyarakat bisa melakukan konseling di rumah singgah edukasi. Saya ingin melibatkan semua unsur di sini tidak hanya Ditresnarkoba Polda Sumsel saja, tetapi BNPP Sumsel, Pemda Sumsel, Kejati, Pemkot Palembang, pelaku usaha, penggiat anti narkoba, seniman, komunitas dan masyarakat," ungkap Farman.

Ketika disinggung mengenai pendanaan dalam pembangunan rumah singgah ini, Farman mengharapkan ada peran serta dari Pemda maupun Pemkot untuk menganggarkan APBD. Ada pula Dipa lembaga masyarakat, CSR dari pelaku usaha, donatur hingga investor.

Bila memang dari sekian banyak alternatif tidak bisa tercapai, maka pihaknya akan melakukan penggalangan dana dengan tagar #1.000 menyelamatkananakbangsa. Ini dianggap sebagai jalan alternatif yang bisa mewujudnya rumah singgah anti narkoba.

"Bila nantinya dalam bentuk mengelolaan non profit tidak bisa dilakukan dan tagar #1.000 menyelamatkananak bangsa juga tidak bisa terwujud. Kami menyerahkan untuk dikelola swasta atau mendapatkan profit. Biar pihak swasta yang mengelolanya," ungkap Farman.

Namun, ia berharap dengan wacana ini pemerintah memberikan dukungan serta membantu untuk mewujudkan rumah singgah anti narkoba. Karena, narkoba di wilayah Sumsel ini sudah sangat memprihatinkan. (ard/ts)




Dikirim dari iPad saya

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Farman (kanan), Amazona (kemeja krem), Hadi Prayogo"