Foto: SRIPO/EVAN HENDRA
Teks Foto: USIR BURUNG - Petani sawah saat melakukan pengusiran burung yang mengancam tanaman padi.
Kewalahan Hadapi Serangan Burung
//Petani Jaga Sawah Seharian
MARTAPURA, SRIPO - Sejumlah petani padi yang ada di Kabupaten OKU Timur mengalami kesulitan menghadapi serangan hama burung yang cukup banyak pada saat musim tanam pertengahan tahun 2018. Akibat Serangan hama burung tersebut, petani terpaksa harus menunggu sawah mereka dari pagi hingga menjelang malam untuk mengantisipasi agar tanaman padi mereka tidak habis dimakan burung.
Seperti diungkapkan Barudu (40) petani padi asal Kecamatan Buay Madang yang mengaku selalu was-was untuk meninggalkan lahan sawah miliknya sebelum menjelang malam. Serangan hama burung dari pagi hari hingga sore datang berbondong-bondong untuk memakan tanaman padi yang mulai mengeluarkan buah.
Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk mengusir nama burung adalah dengan membuat orang-orangan sawah yang dipasang tali kepondokan yang nantinya ditarik dan digoyangkan ketika burung datang memakan buah padi.
"Rasanya tidak tenang meninggalkan sawah untuk pergi keluar meskipun sebentar. Hama burung cukup banyak. Entah bagaimana cara mengusirnya. Padahal berbagai cara sudah dilakukan namun tetap saja burung sangat banyak dan mengancam hasil panen petani," katanya Senin (5/11).
Ancaman hama burung tersebut selalu datang setiap kali menjelang musim panen atau ketika buah padi mulai muncul. Namun setiap musim jumlahnya berbeda. Biasanya hama burung banyak menyerang tanaman petani saat musim tanam pertengahan tahun karena sawah tadah hujan yang ada tidak melakukan penanaman karena memasuki musim kemarau.
"Musim tanam pertengahan tahun seperti ini hanya lahan sawah irigasi yang digarap sementara lahan sawah tadah hujan kebanyakan tidak digarap karena kekurangan air. Jadi hama burung terfokus menyerang lahan sawah irigasi sehingga membuat petani kesulitan dan kewalahan mengusirnya," katanya.
Sedangkan Dwi, petani lainnya mengaku terpaksa memasang tali disekeliling sawah dan memberinya gantungan berupa kaleng sehingga ketika tali ditarik kaleng akan beradu dan berbunyi agar burung takut dan berlari. Namun kata dia, metode seperti itu tidak bertahan lama jika dibiarkan dan tidak ditunggu secara maksimal.
"Biasanya warga setelah membuat pengusir burung langsung ditinggalkan dan berharap tiupan angin untuk menggerakkan tali. Awalnya berhasil namun lama-kelamaan burung tidak takut lagi. Makanya terpaksa harus ditunggu seharian," katanya.
Sementara kepala Dinas TPH OKU Timur Ruzuan Effendi mengatakan, intensitas hama padi tidak bisa diprediksi terutama saat musim tanam akhir tahun. Hama burung bisa saja lebih banyak dari panen sebelumnya karena sejumlah lahan sawah tadah hujan tidak digarap sehingga hama terfokus pada sawah irigasi yang akan melaksanakan panen.
"Untuk itu kita menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pergantian masa tanam pada pertengahan tahun atau saat musim kemarau. Meskipun menggunakan aliran irigasi teknis. Namun jika terus menerus ditanami padi, maka unsur hara tanah akan berubah dan menyebabkan hasil tanaman padi tidak maksimal. Demikian juga dengan hama yang banyak menyerang," katanya. (hen).
0 Response to "Berita Martapura Senin (5/11) kewalahan hadapi burung"
Post a Comment