Buy and Sell text links

Berita martapura Senin (6/8) Petani alih Profesi


Foto: SRIPO/EVAN HENDRA

Teks Foto: KERING - Hamparan lahan sawah tadah hujan yang tidak bisa lagi garap lahn hingg akhir tahun.



Petani Sawah Tadah Hujan Beralih Profesi

//Memasuki Musim Kemarau



MARTAPURA, SRIPO - Petani lahan sawah tadah hujan di Kabupaten OKU Timur pasca pnen kedua pertengahan tahun 2018 tidak bis lagi menggrap lahan sawah. Hal itu disebabkan krena air yang selama ini menggenangi sawah mulai mengering menyusul musim kemarau yang sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir.

Lain halnya dengan petani sawah irigasi tekhnis yang sudah kembali menggarap lahan usai melakukan pemanenan. Petani sawah tadah hujan justru mencari pekerjaan serabutan lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga menjelang musim penghujan kembali turun.

Biasanya, para petani akan menyimpan gabah lebih banyak dibandingkan saat panen akhir tahun karena musim kemarau yang tidak bisa diprediksi biasanya akan menimbulkan peceklik sehingga harga beras mengalami kenaikan. 

"Musim peceklik biasanya antar bulan September hingga akhir November. Petani mulai menyimpan gabah lebih banyak untuk persiapan hingga musim panen awal tahun 2019 mendatang," ungkap Kusirun (47) petani diwilayah Perjaya Senin (6/8).

Menurut Kusirun, saat musim kemarau dan lahan mengalami kekeringan petani sawah biasanya mencari pekerjaan sampingan mulai dari menjadi buruh harian hingga mencetak batu bata.

"Untuk menyambung hidup. Bagaimanapun. Hasil panen pertengahan tahun tidak bisa dijual semua karena harus mempersiapkan untuk kebutuhan hingga awal tahun hingg panen selanjutnya," katanya.

Namun kata dia, ada sebagian petani yang tidak menyimpan gabah untuk persediaan hingga musim panen selanjutnya. Hal itu disebabkan karena beberapa petani yang tidak memiliki modal langsung meminjam dan menjual hasil sawahnya kepada pemodal. 

"Banyak petani yang melakukan sistim yarnen (bayar panen) jadi ketika panen hanya sedikit yang disimpan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga jika stok habis terpaksa mereka membeli dari pasar dengan harga yang sangat tinggi," katanya.

Sementara Herman (32) petani asal desa Banu Ayu mengaku 
selama memasuki musim kemarau dan lahan sawah mengalami kekeringan, petani melakukan alih pekerjaan menjadi buruh pembuat bata dengan upah sesuai dengan jumlah pencetakan. 

"Upahnya berpariasi. Sesuai dengan jumlah bata yang berhasil dicetak. Biasnya dua atau tiga orang menjadi satu tim. Hasilnya nanti akan dibagi," katanya.

Namun setelah memasuki musim penghujan dan lahan sawah sudah mulai tergenang, petani kembali melakukan aktifitas melakukan penggarapan lahan hingga musim tanam. (hen).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berita martapura Senin (6/8) Petani alih Profesi"