CHL
Bola di Tangan
Tim Telik Sandi
* Belum Ada Yang Menonjol * Mahar Politik Tetap Ada
PALEMBANG, SRIPO--Sejumlah figur yang mulai mengambil dan mengembalikan formulir partai politik untuk ikut dalam Pilwako Palembang 2018, dianggap belum ada yang menonjol dan masing-masing menunjukkan kans yang sama. Karena itu mereka harus siap merebut hati masyarakat agar memiliki elektabilitas tinggi.
Saat ini bola ada di tangan Tim Telik Sandi atau satu tim yang fungsinya untuk meneliti, mengawasi sampai melobi agar seseorang diusung partai politik. Ketua Umum Parpol memang berperan untuk menyetujui calon yang diusung partai namun mereka mendapat masukkan dari Tim Telik Sandi sang kandidat.
Selain hasil survei elektabilitas sang calon tentu parpol juga melihat kekuatan modal sang calon dan terutama mahar politiknya alias sejumlah uang yang diberikan kepada parpol dengan dalih cost politics. Meskipun sejumlah parpol bilang tidak pakai mahar, tapi baunya (mahar) tetap menyengat.
Demikian kesimpulan wawancara Sripo, Minggu (4/6) dengan pengamat politik dan sosial antara lain DR Febrian, Joko Siswanto dan Abdullah Idi, ketika dimintai komentar tentang sosok Walikota Palembang mendatang (2018-2023) serta para kandidat yang saat ini bermunculan.
Seperti diketahui sejumlah figur yang sudah memastikan akan ikut Pilwako Palembang antara lain petahana Wako Harnojoyo dan Wawako Fitrianti Agustinda. Juga ada sederet nama lain antara lain Sarimuda (yang sudah keempatkalinya ikut Pilwako Palembang), Mularis (Ketua Hanura Sumsel yang mantan kontestan Pilwako Palembang, Lury Elza Alex (putri Gubernur Sumsel Alex Noerdin), serta nama lainnya.
Juga kandidat lain yang diperkirakan sebagai bakal calon wakil walikota antara lain Darmawan (Ketua DPRD Palembang), Muchendi Mahzareki (putra Wagub Sumsel Ishak Mekki), Hernoe Roesprijadi (Wakil Ketua PWNU Palembang), serta bakal calon lainnya yang mulai pasang spanduk atau blusukan dan menyebar kartu nama termasuk bantuan dan sembako.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Taman Siswa Palembang, Joko Siswanto, pesta demokrasi di Palembang dipenuhi oleh orang-orang lama yang pernah mencalonkan diri dan orang-orang baru mendaftar. "Partai politik pun lebih terbuka terhadap anggota partai politik lainnya," ujarnya.
Joko mengatakan, saat ini yang terpenting partai politik harus melihat tingkat elektabilitas di masyarakat, partai apa pun harus melakukan survei ke bawah, paling tidak ke masyarakat. "Jadi silakan partai melakukan survei entah itu melalui lembaga kredibitllitas sehingga diperoleh hasil yang efektif, dari hasil perengkingan survei itulah partai politik dapat mengetahui pasangan yang akan diusung untuk maju ke Pilkada Kota Palembang," papar Joko.
Dia juga mengungkapkan, untuk mendapatkan hasil maksimal ini, semua partai politik harus melakukan survei sampai beberapa kali ke masyarakat. "Karena elektabilitas di dalam masyarakat ini adalah salah satu penentu kuat atau tidaknya suatu pasangan, bukan dengan mahar politik yang terkesan pengusungan calon karena sogokan," ujarnya.
Rektor Unitas ini mengatakan, setelah melakukan survei akan terlihat elektabilitas tertinggi dan biasannya pasca ini, partai politik diuji dengan tegas tidaknya partai politik menolak mahar politik. "Misalnya pasangan A dan B elektabilitasnya lebih rendah dibandingkan pasangan C, sedangkan pasangan C ini tidak punya uang yang banyak, apakah partai politik akan tetap mengusung pasangan C atau tidak itu sesuai dengan ketegasan masing-masing," ujarnya.
Karakter Kuat
Sementara itu Febrian, menyatakan kalau bisa politik identitas harus dihindari, siapapun boleh menjadi walikota sebagai pemimpin di Palembang ini. "Karakter Palembang ini menjadi dasar visi misi pemimpin lima tahun mendatang," ujarnya.
Untuk memimpin Palembang, pasangan bakal calon juga harus punya karakter kuat untuk melakukan pembangunan di berbagai lini dan memiliki pembawaan kalem dan adem. "Di Palembang sudah mulai beredar isu-isu intoleransi, kalau tidak dibawa oleh pemimpin yang pembawannya kalem dan sejuk bisa menjadi masalah," ujarnya.
Sementara menurut Abdullah Idi, asyarakat sekarang lebih selektif, masih melihat-lihat calon nama-nama yang pantas menjadi pemimpin Palembang lima tahun ke depan. "Palembang sudah termasuk kota metropolitan bahkan internasional, pemimpin Palembang harus punya kemampuan bisa membawa Palembang menjadi kota yang lebih berkembang dari sekarang," ujarnya.
Dia harus mampu memahami sejarah komprehensif kebutuhan masyarakat Palembang, mempunyai program jelas. "Palembang sebagai kota internasional itu tidak hanyak slogan, kalau Palembang sudah ada LRT fasilitas lain, dia harus mampu mengembangakan semua fasilitas ini. Visinnya nanti harus berbeda dengan pilkada sebelumnya, jadi dia harus melihat apa yang sudah dicapai sekarang melihat kebutuhan bidang ekonomi, keamanan sosial masyarakat, dan budaya," katanya.
Idi mengatakan, Visi ditempatkan dengan melihat realitas yang ada sekarang, dengan fasilitas dan realitas ekonomi sekarang, pemimpin Palembang harus bisa meilhat kebutuhan lain masyarakat Palembang, bisa dari sisi pengangguran, anak putus sekolah, kriminalitas dan lainnya. "Harus mampu membuat visi yang rasional untuk diwujudkan," ujarnya.
Idi juga mengatakan, masyarakat juga harus cerdas memilih pemimpin berdasarkan track recordnya baik sebagai politikus, pengusaha, atau profesi lainnya. "Track record itu penting dan cerdas membuat visi misi, lebih jauh lagi soal kepribadian, termasuk persoalan reputasi yang ditekuni sebelum itu. Bagaimana kalau dia sebagai politisi, pengusaha, saya kira tugas media masa harus menjelaskan kepada masyarakat track record prestasi ikhlas dalam bekerja sehingga masyarakat menerima calon yang utuh," tegasnya. (cr5)
Dikirim dari iPad saya
0 Response to "CHL"
Post a Comment