* Suplay Listrik Baturaja - Lampung Bakal Terganggu
MUARAENIM, SRIPO---Dampak dari terbakarnya beberapa lokasi tambang liar milik masyarakat, ternyata mulai berdampak negatif. Bukan saja meresahkan masyarakat dan merusak lingkungan, ternyata juga sudah mengancam beberapa tower Sutet milik PLN yang melintas di areal pertambangan liar, di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim, Kamis (13/4).
Dari pengamatan dan informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, beberapa tiang atau tower Sutet yakni kabel listrik bertegangan tinggi terlihat memang berada ditengah-tengah kepungan aktifitas penambangan liar sehingga mengancam keberadaan tower sutet tersebut. Bahkan satu buah tiang Sutet amblas hingga kedalaman sekitar 4-5 meter kedalam tanah akibat batubara yang berada dibawahnya terbakar. Bahkan beberapa pekerja dari PLN terlihat bersiap siaga sekitar 200 meter dari lokasi tower berdiri menunggu upaya pemadaman api yang dilakukan oleh PTBA dilokasi tambang liar dilakukan.
Menurut Supervisor PLTU Bukit Asam Selamat, bahwa pihaknya sedang menunggu pemadaman api yang dilakukan oleh PTBA untuk memperbaiki tower tersebut, sebab jika belum padam pihak tidak berani. Dan jika telah padam, pihaknya akan langsung memindahkan jalur Sutet dengan memutuskan jalurnya dahulu, karena pondasi tower tersebut sudah turun hingga lima meter ke dalam tanah jadi menganggu tegangan kabelnya. Sebab jika tower tersebut sampai roboh, maka pasokan listrik melalui jalur Baturaja - Lampung akan terganggu.
"Tower itu tinggal menunggu waktu saja jika apinya tidak dipadamkan. Rencananya api padam atau tidak, memang akan diputuskan dan akan dipindahkan, karena pondasinya sudah turun ima meter," ujar Selamat.
Sementara itu Asisten Manager Penanggulan Kecelkaan dan Kebkaran PTBA Sofyan Sori, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihaknya sudah memadamkan tiga titik lokasi tambang liar yang terbakar. Kemarin terbakar kembali enam titik dan sekarang kita sedang mengupayakan memasukkan alat berat untuk memadamkannya. Adapun penyebab kebakaran tersebut diduga karena faktor alam yakni sponitas hotter akibat adanya reakis oksidasi. Untuk memadamkannya ada berbagai cara yakni sistim penyelimutan dan pendinginan. Untuk sistim penyelimutan dengan menggunakan lumpur yakni kita menggali permukaannya lalu dibuatkan lumpur dan lumpurnya didorong ke dalam lobang galian sampai penuh setelah itu baru ditutup. Sedangkan sistim pendinginan yakni menggunakan air dengan cara menenggelamkan lorong atau lobang galian.
"Kita disini menggunakan sistim penyelimutan lumpur, sebab lokasinya didataran tinggi sehingga tidak memungkinkan dengan sistim pendinginan," ujarnya.
Ketika ditanya masalah kedalaman tambang liar yang dipadamkan tersebut, kata Sofyan, panjanganya lorongnya bermacam-macam, namun rata-rata dari 50 - 70 meter. Ketika ditanya apakah menganggu tower diatasnya, Sofyan membenarkan, bahkan pihak PLN sudah
datang dan berencana akan memindahkan Sutet tersebut karena sudah amblas.(ari)
Tambang Liar Kembali Terbakar
* Bupati Perintahkan Tindak Tegas Tambang Liar
MUARAENIM, SRIPO---Banyaknya keluhan masyarakat dan dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh tambang liar, Bupati Muaraenim Ir H Muzakir Sai Sohar, secara tegas meminta kepada pihak terkait untuk segera menertibkan tambang liar dan menindak tegas para pelakunya. Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Muaraenim Ir H Muzakir SS usai meninjau lokasi kebakaran tambang liar di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim, Kamis (13/4).
Dari pengamatan dan informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, kepulan asap hitam terlihat jelas dari kejauhan. Jalan menuju ke lokasi cukup curam dan medannya cukup sulit sehingga harus ekstra hati-hati. Tampak dikiri dan kanan jalan masuk terlihat ratusan tumpukan batubara berjejer rapi yang telah dikemas dengan karung ukuran 20 kg yang siap diangkut oleh truk. Ketika mendekati lokasi tambang liar, terlihat beberapa pondok yang terlihat sepi ditinggal para pekerja dan pemilik lahan terutama sejak terjadinya kebakaran lokasi tambang mereka. Selain itu juga, akibat penambangan yang tidak menggunakan kaedah penambangan, terlihat banyak bekas galian dan tanah yang berlobang-lobang yang dibiarkan terbengkalai sehingga rentan bisa menyebabkan tanah longsor dan sebagainya. Kondisi tersebut hampir sama di lokasi tambang liar lainnya seperti di Desa Keban Agung, Desa Darmo dan lain-lain, rata-rata para penambang didalam melakukan penambangan tidak mengindahkan masalah dampak lingkungan. Bahkan, bau amoniak khas batubara sangat menyengat sehingga mengganggu pernapasan.
Menurut Muzakir, bahwa sudah hampir 10 tahun, pihaknya melakukan upaya penertiban tambang liar ini, baik secara persuasif maupun preventif. Bahkan sudah banyak korban jiwa akibat tambang liar akibat runtuhnya tambang yang digali, terbakar hingga ditangkap, namun sepertinya belum jera dan masih tetap melakukan penambangan, padahal sudah jelas penambangan tersebut illegal dan melarang peraturan pemerintah. Kedepan kita tidak akan ada lagi himbauan atau sosialisasi, tetapi langsung saja dengan penindakan.
"Sekarang kita tidak ada kompromi lagi, jika masih melakukan penambangan langsung saja ditangkap," ujar Muzakir.
Sedangkan menurut Kapolres Muaraenim AKBP Leo Andi Gunawan, saat ini, pihaknya sudah melakukan sidik terhadap beberapa pelaku dan pemilik lahan. Dan jika ada oknum TNI, Polisi atau lainnya yang terbukti membekingi aktivitas penambangan liar pihaknya tidak segan-segan akan memprosesnya secara hukum.
"Sekarang kita sedang menyidik pelaku dan pemilik lahan. Kita akan tangkap jika masih ada warga yang nekat menambang," ujar Kapolres yang masih merahasiakan jumlah dan nama pelaku serta pemilik lahan yang disidik.
Kemudian menurut GM UPTE PTBA Suhedi, bahwa pihaknya tentu sangat senang dan mendukung tentang adanya keinginan semua elemen pemerintahan untuk menertibkan tambang liar secara serius dan menutup operasionalnya. Sebab selain memang sudah merugikan PTBA karena lahan yang mereka gunakan di wilayah IUP PTBA Bangko Tengah dengan kalori batubara sekitar 4-5 ribu untuk pasokan PLTU. Selain itu juga, telah merugikan masyarakat dan negara serta ekosistem yang ada sebab akibat aktivitas mereka telah merusak lingkungan hidup sehingga bisa menyebabkan tanah longsor, banjir, kebakaran dan sebagainya. Sebagai contoh, beberapa kali terjadi kebakaran, mereka (penambang liar) tidak mau bertanggungjawab memadamkannya dan terpaksa PTBA yang harus turun tangan, sebab untuk memadamkan api tersebut cukup memerlukan biaya yang cukup besar.
"Seperti kemarin saja, kita memadamkan beberapa titik api sudah memakan biaya 100 juta lebih. Ini, belum ditambah yang hari ini. Jadi kita rugi dua kali, IUP sudah ditambang orang, pas kebakaran kita pula yang memadamkannya," ujar Suhedi.
Ketika dikonfirmasi ke Kepala UPTD Regional V Dinas Pertambangan & Energi Pemprov Sumsel Ir Kurmin MSi, tentang jumlah lokasi tambang liar dan lain-lain, ia mengaku belum ada, sebab masih akan dilakukan pendataan.
"Untuk data itu, saya belum tahu betul, nanti saja, sebab saya lagi rapat," ujar Kurmin singkat sambil menutup teleponnya.
Menurut Kepala BLH Kabupaten Muiaraenim Ir H Zulkarnain MT, bahwa keberadaan tambang liar tersebut memang sudah lama, seharusnya dari dahulu sudah ditertibkan, sebab memang menyalahi aturan pemerintah baik itu peraturan tentang pertambangan maupun peraturan UU 32 tahun 2009 tentang pengelolan lingkungan. Dan akibatnya jika mereka tidak ada izin, mereka tidak akan bertanggungjawab ketika ada kerusakan hutan dan lingkungan.
"Contohnya kebakaran dan longsor sudah terjadi. Jadi tindak tegas saja, jika dibiarkan tidak akan berhenti," tegas Zulkarnain.(ari)
Masyarakat Khawatir Api Semakin Membesar
MUARAENIM, SRIPO---Sebagian besar masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi tambang liar, mengaku khawatir akan dampak dari operasional tambang liar seperti kebakaran, tanah longsor, banjir dan sebagainya.
Menurut Kades Tanjung Lalang Edi Anwar (45) bahwa, untuk diwilayah desanya, sedikitnya ada tiga titik lahan milik masyarakat yang dikontrakkan untuk ditambang oleh para pemilik modal. Adapun lahan yang mereka kontrakkan tersebut rata-rata lahan yang tidak produktif. Untuk para pekerjanya itu sebagian besar dari daerah Lampung, sedangkan warga lokal paling hanya untuk memuat barang dari stok file ke truk yang akan menjualnya.
"Kita kurang tahu berapa upah dan jumlah para pekerjanya, sebab mereka tidak pernah lapor ke kita," ujar Kades.
Keluhan serupa juga dikatakan oleh Kades Keban Agung Junaidi bahwa lokasi tambang liar didekat pemukiman warganya juga sangat meresahkan, karena terowongan galian yang mereka buat sudah cukup panjang dan dalam bahkan bisa mencapai 50 meteran. Apalagi salah satu lobang galian tersebut sudah ada yang mengarah ke arah pemukiman penduduk, sebab mereka menggali berdasarkan letak batubara, jadi mereka tidak peduli mau arah kemana yang penting ada batubaranya.
"Warga kita memang resah, apalagi jika mereka bekerja suaranya sampai ke perumahan terutama pada malam hari," ujarnya.
Sedangkan menurut salah seorang buruh tambang liar yang tidak mau disebutkan namanya, bahwa ia berasal dari Lampung sengaja datang ke Muaraenim karena diajak temannya bekerja sebagai penambang batubara. Dalam sehari rata-rata ia bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 100 ribu sebagai penggali, jika sebagai tukang ojek batubara itu rata-rata Rp 150 ribu perhari, tergantung kemampuan kita masing-masing. Ketika ditanya kemana batubara tersebut dijual, ia mengaku kurang tahu pasti, sebab biasanya para pembelinya datang sendiri.
"Kami terpaksa pak bekerja disini untuk menghidupi anak dan istri, kalau di kampung kami tidak pekerjaan," ujarnya.(ari)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
0 Response to "Berita Tambang Terbakar Foto dan Video Sudah di Kirim Lewat WA spy tdk pecah."
Post a Comment