Tetap Bertahan Dilokasi Penggusuran
INDERALAYA--Puluhan Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di kawasan lokasi pengerjaan proyek pembangunan "Fly Over" simpang keramasan, tepatnya di Desa Ibul Besar III Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir (OI), memilih tetap bertahan. Meskipun sewaktu-waktu bangunan rumah kayu yang dihuni puluhan KK di lokasi tersebut, akan dilakukan penggusuran oleh pihak kontraktor. Warga beralasan, nilai ganti rugi yang diberikan tidaklah sesuai. Karena, per KK hanya menerima ganti rugi senilai Rp 500 ribu dari pihak Widya Karya (Wika) selaku kontraktor pengerjaan proyek pembangunan Fly Over simpang keramasan.
Jadi, mereka memilih tetap bertahan. "Ya, tidak manusiawilah pak, nilai ganti rugi yang hanya diberikan Rp 500 ribu perbangunan. Sedangkan, kami sudah puluhan tahun bertempat tinggal disini. Kami menyadari, memang disini kami menumpang lahan milik negara. Jadi, kami merasa keberatan bila ganti rugi bangunan hanya diberikan Rp 500 ribu," ujarnya, Senin (26/12) kepada sripo. Ia mengatakan, nilai ganti rugi senilai Rp 500 ribu yang diberikan, tidak langsung diberikan oleh pihak pemborong pengerjaan proyek Fly Over simpang keramasan.
Melainkan, dari tangan ketangan melalui orang kepercayaan mereka. "Bila dibandingkan dengan nilai ganti rugi, khususnya ganti rugi lahan warga di Desa Kayuara yang terkena pembebasan lahan pembangunan Kapal Betung senilai Rp 4 juta perbangunan. Sedangkan, di Desa Ibul Besar III hanya Rp 500 ribu," lirihnya seraya berharap, paling tidak nilai ganti rugi disesuaikan dengan warga Desa Kayuara yang terkena lahan pembangunan proyek Kapal Betung.
Ditambahkan Eko, disamping ia terancam kehilangan tempat tinggal, juga kehilangan mata pencaharian dari berwarung kecil-kecilan. "Sudah hampir tiga bulan terakhir tidak berjualan," katanya. Senada diungkapkan Yadi (35), yang juga mengalami nasib sama terancam kehilangan tempat tinggal. Dirinya mengaku sejak tahun 1997 sudah berdiam di Desa Ibul Besar III sampai dengan sekarang, ia pun pasrah tapi tak rela jika nilai ganti rugi bangunan yang hanya diberikan senilai Rp 500 ribu.
"Cukup kemano pak, duet Rp 500 ribu itu," sesalnya. Ia mengaku, selama ini tidak ada sosialisasi mengenai penggusuran di lokasi pembangunan proyek Fly Over simpang keramasan. "Tiba-tiba, ada sejumlah orang mendatangi rumah saya, dan memberitahu kepada saya agar segera meninggalkan tempat ini," ceritanya. Ia pun pasrah bila sewaktu-waktu rumah kayu ukuran lebih kurang 4 x 7 meter miliknya akan diratakan dengan tanah.
"Kami bingung pak, entahlah mau pindah kemana. Kami pun hanya bisa pasrah," tutur Yadi. Sementara itu, Alvin selaku pihak BBPJN III wilayah Sumsel I yang juga merupakan penanggung jawab proyek pembangunan Fly Over simpang keramasan, saat ditemui di ruang kerjanya di Komplek Ruko Sriwijaya Mas, bersangkutan tidak berada ditempat. "Ada perlu apa?. Pak Alvin tidak berada ditempat," kata seorang petugas keamanan ruko setempat. Kemudian, saat berusaha dikonfirmasi melalui via telepon selluler, nomor yang dituju dalam kondisi aktif. Namun, tak ada jawaban, begitu pun saat dikonfirmasi melalui pesan singkat "what app".(cr7)
Teks photo : Seorang pekerja proyek pembangunan Fly Over simpang keramasan tengah melintasi area pengerjaan pemasangan paku bumi Fly Over, di Desa Ibul Besar III Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
Terkirim dari Samsung Mobile.
0 Response to "Tetap Bertahan Dilokasi Penggusuran"
Post a Comment