"Wushu bukan sekedar beladiri. Dari latihan wushu, kita seakan berada dalam miniatur kehidupan. Segalanya dicapai melalui proses, kita jatuh, merasa sakit dan jenuh. Tapi pada saat merasakan kepuasan yang mungkin tidak bisa diraih atau dirasakan orang lain," Wijaya Angkau (Chen-Chen Wei)
Setiap orang punya cara sendiri dalam hidup, baik buruk. Maupun tujuan hingga pencapaian. Selalu saja nilai, dan cara hidup seseorang tentu dipengaruhi latar belakang menarik yang dapat dipetik pelajaran. Seperti jalan hidup bagi orang Wijaya Angkau. Pemuda Tionghoa yang merupakan pelatih wushu ini, menjadi contoh nyata jika latar belakangnya dari wushu sedikit banyak membuatnya berfikir bagaimana hidup.
Berikut perbincangan Wijaya dengan wartawan Sriwijaya Post Candra Okta della
Apakabar ko wei, bagaimana rutinitasnya. Baik di wushu maupun luar wushu?
Baik yah syukur. Masih terus berlanjut dan semangat menjadi lebih baik.
Ko wei, sebagai seorang pelatih wushu. Kita mau tahu dulu ni, mengapa harus wushu dan mengapa cinta wushu ?
Wushu bukan sekedar beladiri. Dari latihan wushu, kita seakan berada dalam miniatur kehidupan. Segalanya dicapai melalui proses, kita jatuh, merasa sakit dan jenuh. Tapi pada saat merasakan kepuasan yang mungkin tidak bisa diraih atau dirasakan orang lain
Bisa cerita ko, lebih detil mengapa menurut koko begitu penting belajar wushu?
Begini yah, bukan maksud mengesampingkan yang lain atau bagaimana. Tapi menurut saya, wushu ini bukan saja suatu cara bertarung. Namun lebih dari itu. Seperti saya ucapkan, wushu miniatur kehidupan. Dalam wushu kita belajar tentang kesabaran, bagaimana untuk bisa memerlukan proses yang lelah. Begitu juga hidup, kita terus berproses untuk lebih baik.
Selain itu, keunikan wushu adalah beladiri ini begitu kompleks. Dia kaku tapi lembut, kuat tapi lemah. Bisa mengalir, atau mendorong. Layaknya sebuah besi yang diselimuti kapas empuk, terlihat lembut tapi sangat berbahaya. Itulah wushu, sangat mengalir mengikuti tempat, tapi juga sangat kaku seperti besi.
Nah dari hal itu kita dalam hidup juga memerlukan kelembutan, mengalir. Tapi kita juga perlu keras, bahkan berbahaya. Tidak boleh terlalu lemah, juga tidak boleh terlalu kaku.
Luar biasa ko. Filosofinya luas sekali yah. Kalau boleh tau, koko uda berapa tahun menggeluti dunia wushu?
Saya belajar wushu sejak tahu 1995. Belajar di perguruan Garuda Melati Putih, dilatih oleh Louse Ahmad Yani. Sampai sekarang pun saya merupakan seorang murid. Dan dari beliaulah saya terus menekuni wushu sampai saat ini.
Cerita sedikit ko, kalau di wushu itukan banyak aliran dalam jurusnya, kalau koko sendiri lebih khusus belajar yang mana?
Yah betul. Salah satu kelebihan wushu yakni, dihimpun dari banyaknya aliran. Baik itu selatan (nan quan), utara (Chang quan) juga Taiji Quan. Nah itu baru tiga, padahal dalam wushu ada ribuan aliran. Kalau saya, lebih ke Nan (selatan) dan Taiji.
Terakhir ko, bisa minta pesen atau sedikit kata motivasi bagi generasi muda kita?
Saya merasa sedikit malu, juga. Karena saya juga masih muda. Tapi, menurut saya dalam hidup kebaikan merupakan inti dari semuanya. Niat baik, melakukan dengan cara benar, disertai keberanian merupakan cara menjalani hidup yang benar menurut saya.
Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry 10 saya dengan jaringan Indosat.
0 Response to "Hoki (pelatih wushu)"
Post a Comment