Buy and Sell text links

Laporan dari Pretoria

Hal 1 yo bung2 tq

Laporan dari Pretoria
DODI REZA ALEX
Wakil Ketua Komisi VI DPR

Investasi di Afsel Menguntungkan

DEWAN Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat mempunyai peranan yang sangat penting, yang tidak hanya melaksanakan tugas-tugas konstitusional, namun juga mendorong penguatan diplomasi dalam konteks implementasi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif melalui komunikasi parlemen.
Pada kesempatan ini, saya yang juga merupakan pimpinan Komisi VI membidangi perdagangan, perindustrian, koperasi dan usaha kecil menengah, BUMN dan investasi, baru saja melakukan kunjungan kerja individu keluar negeri, dimana pada kunjungan kerja ini gunanya untuk melakukan pertemuan dengan parlemen, institusi pemerintah dan swasta, melihat perkembangan perekonomian dan pembangunan di Negara yang dikunjungi guna mendapatkan penjelasan secara langsung.
Kali ini, Afrika selatan mejadi tujuan dari perjalanan tugas saya. Mengapa Afrika Selatan ? Karena Afrika Selatan merupakan mitra dagang terbesar ke 2 Indonesia di kawasan Afrika Sub Sahara setelah Nigeria. Dengan angka total USD 1,88 Milyar dan surplus bagi Indonesia sebesar USD 881 juta pada tahun 2014.
Rangkaian perjalanan saya yang dimulai pada tanggal 1 Mei-7 Mei 2016 ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat yang luar biasa untuk hubungan perdagangan dan perekonomian kedua negara.
Hari pertama setelah saya tiba di Afrika Selatan pada 2 Mei, saya dijamu makan malam Kedutaan Besar RI di Pretoria, Afrika Selatan yang dihadiri Duta Besar Bapak Suprapto Martosetomo, Atase Pertahanan RI, Councillor Fungsi Ekonomi KBRI beserta seluruh staff dalam jamuan resmi yang diadakan di Wisma Duta, Pretoria, Afrika Selatan.
Tanggapan dari pihak kedutaan amat sangat baik, mengingat jarang sekali pejabat atau anggota parlemen Indonesia yang menjadikan Afrika Selatan sebagai salah satu negara kunjungan kerja.
Pada kesempatan itu juga, banyak hal yang disampaikan Bapak Dubes, antara lain keinginan dan harapannya kepada para pelaku usaha di Tanah Air untuk menjajaki peluang investasi dengan memanfaatkan pasar yang masih terbuka lebar di Afrika Selatan. Dimana peluang besar itu sudah dibaca oleh Tiongkok, dan sejumlah negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang begitu agresif memanfaatkan peluang. Malaysia, misalnya, sudah memasuki bisnis real estate, Thailand menguasai sejumlah hotel di Afsel, dan Tiongkok berencana membangun pabrik lokomotif.
Keinginan dan harapannya tentu saja saya apresiasi, dimana maksud kunjungan saya memang untuk melihat peluang apa yang bisa kita dapatkan terhadap perekonomian di Afrika Selatan, mengingat dari hasil pengamatan saya, selain didukung infrastruktur yang bagus, letak Afrika Selatan yang strategis sebagai pintu masuk negara tetangga seperti Zimbabwe, Botswana, Lesotho, dan Swaziland, mejadikannya sebagai pasar yang potensial.
Tidak ingin membuang-buang waktu, pada hari kedua kunjungan, saya menyempatkan diri untuk mengadakan pertemuan dengan Kepala ITPC (Indonesia Trade Promotion Center) Kementerian Perdagangan Bapak Pontas Tobing, Councellor Bidang Ekonomi KBRI Pretoria, Afrika Selatan beserta staff. Ternyata begitu banyak kendala dan masalah yang dihadapi oleh rekan-rekan.
Mulai anggaran yang terbatas dan sering terlambat dari pemerintah Indonesia sehingga menghambat laju kinerja. Kegiatan-kegiatan pameran dunia yang masih jarang diikuti oleh para pelaku usaha tanah air dan kurang di support oleh pemerintah, permasalahan dari pihak perdagangan Afrika Selatan yang tebang pilih dalam menetapkan standar produk yang terlalu tinggi dari masing-masing Negara, proses pengiriman atau bea cukai yang terlalu berbelit, sampai perjanjian Kerjasama Perdagangan RI-Afsel yang masih terhambat di Kementerian Perdagangan, dimana perjanjian ini diperlukan untuk mendapatkan preferential treatment atas barang-barang yang diekspor ke Afsel.
Pada mereka, saya berjanji akan membawa permasalahan ini ke menteri perdagangan, agar sekiranya dari pihak pemerintah Indonesia dapat memberikan perhatian lebih terhadap peluang ekonomi di Afrika Selatan.
Pada hari ketiga kunjungan, saya melihat langsung bagaimana kondisi pasar yang ada di Johannesburg. Terlihat beberapa produk Indonesia, tapi sayangnya masih amat sangat minim, membuat saya jadi berpikir keras, bagaimana agar produk Indonesia dapat diterima lebih luas oleh masyarakat Afrika Selatan dan bagaimana caranya agar para pelaku usaha Tanah Air mau mengembangkan investasinya di Afrika Selatan, karena saya melihat Afrika Selatan adalah pangsa pasar yang menguntungkan.
Segera, sesampainya di Indonesia, saya ingin berdiskusi dengan rekan-rekan birokrat dari Kementrian Perdagangan dan rekan-rekan pengusaha yang tergabung di KADIN atau HIPMI atau aliansi perhimpunan pengusaha lainnya.


Dikirim dari iPad saya

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Laporan dari Pretoria"